Kiai Madura Bergerak: Munajat dan Sikap Resmi untuk PBNU
BANGKALAN | Para ulama dan pengurus Nahdlatul Ulama (NU) se-Madura Raya menggelar Munajat Kebangsaan, tabarrukan, dan musyawarah khusus di dua titik penting warisan Syaikhona Kholil Bangkalan. Gerak bersama ini menjadi penanda bahwa para kiai Madura tak tinggal diam menyikapi dinamika yang mengemuka di tubuh PBNU.
Kegiatan diprakarsai oleh dzurriyah Syaikhona Kholil bersama jajaran Suriyah PCNU se-Madura Raya.
Di Makbarah Syaikhona Kholil, para ulama terlebih dahulu memanjatkan doa untuk keselamatan bangsa, keteduhan umat, serta jalan terbaik bagi persoalan yang belakangan terjadi di PBNU.
Ketua PCNU Bangkalan, KH Makki Nasir, menyebut pertemuan ini menjadi ruang batin untuk meminta petunjuk Allah SWT.
“Munajat ini agar Indonesia tetap aman dan kondusif, serta para ulama sepuh terus membimbing umat,” ujarnya.
Wakil Rois Suriyah PCNU Bangkalan, KH Syafi’ Rofie, menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan wujud kepedulian para kiai terhadap dinamika yang berkembang.
“Kami mencari syafaat langit, memohon solusi yang paling maslahat,” katanya.
Dari Makbarah, para ulama bergeser ke rumah peninggalan Syaikhona Kholil, tempat yang memiliki posisi historis dalam lahirnya NU. Di sana dibacakan pernyataan sikap resmi Suriyah dan Tanfidziyah NU se-Madura Raya yang memuat tiga pokok:
- Kepedulian mendalam atas kondisi PBNU yang dinilai membutuhkan perhatian para kiai sepuh.
- Memasrahkan sepenuhnya proses penyelesaian kepada ulama sebagai otoritas tertinggi dalam jam’iyah.
- Seruan untuk warga NU agar tetap tenang, menjaga ukhuwah, dan memperbanyak munajat.
“Jika tidak ditangani dengan jernih, yang rugi bukan hanya NU, tetapi juga Indonesia,” ujar KH Syafi’ Rofie.
Sekretaris PCNU Bangkalan, KH Dimyati Muhammad, menegaskan bahwa Tanfidziyah akan mengikuti sepenuhnya garis keputusan Suriyah.
“Tanfidziyah adalah pelaksana. Semua kebijakan mengikuti Suriyah sebagai pemegang otoritas tertinggi,” tegasnya.
Pemilihan dua lokasi bersejarah itu bukan sekadar simbol. Para kiai berharap tabarruk dari Syaikhona Kholil bisa melembutkan hati para pengambil kebijakan di PBNU.
“Kalau tidak saling menahan diri, kerugian moral dan sosial bisa menimpa kita semua,” ujar salah satu kiai sepuh.
Pertemuan ditutup dengan doa bersama agar Allah SWT memberikan kedamaian, persatuan, dan jalan terbaik bagi NU, umat, dan bangsa Indonesia.
Turut hadir para Mustasyar dan Rois Suriyah PCNU se-Madura Raya, di antaranya KH Muhammad Faisal Anwar, KH Safiuddin Wahid, KH Khalid Alirahbini, KH Wahdi Musyafa’, dan KH Hanan Nawawi. (*)





