WHO Tegaskan Obesitas sebagai Penyakit Kronis, Terapi GLP-1 Mulai Direkomendasikan untuk Pasien Tertentu
JAKARTA — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis pedoman terbaru yang menempatkan obesitas sebagai penyakit kronis berulang yang membutuhkan penanganan jangka panjang dan intervensi medis terarah. Salah satu terapi yang kini mulai diakui adalah penggunaan obat golongan GLP-1, yang awalnya dikembangkan untuk diabetes dan kini diperluas untuk manajemen obesitas.
Dalam pedoman tersebut, WHO menyebut terapi GLP-1 layak diberikan kepada orang dewasa dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) ≥ 30 kg/m², atau IMT ≥ 27 kg/m² apabila disertai penyakit penyerta seperti hipertensi, dislipidemia, atau gangguan kardiovaskular. Terapi ini dipertimbangkan terutama pada pasien yang sudah melakukan perubahan gaya hidup namun belum menunjukkan perbaikan klinis yang memadai.
Selain penurunan berat badan, obat GLP-1 juga terbukti bermanfaat untuk mengurangi risiko kardiovaskular pada sebagian pasien diabetes tipe 2, terutama mereka yang memiliki riwayat penyakit jantung, gangguan ginjal, atau risiko tinggi terhadap serangan jantung dan stroke.
Meski menjanjikan, WHO menegaskan bahwa terapi ini tidak direkomendasikan untuk wanita hamil atau menyusui, pasien dengan riwayat pankreatitis, gastroparesis berat, maupun riwayat kanker tiroid tertentu, khususnya Medullary Thyroid Carcinoma. Kelompok ini dinilai memiliki risiko komplikasi lebih tinggi sehingga memerlukan opsi terapi yang lebih aman.
WHO mencatat lebih dari satu miliar penduduk dunia hidup dengan obesitas, dan kondisi ini berkaitan dengan 3,7 juta kematian sepanjang 2024. Jika pola intervensi tidak berubah, jumlah penderita obesitas diproyeksikan berlipat ganda pada 2030.
Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, menekankan bahwa penggunaan obat tidak bisa berdiri sendiri tanpa strategi pendukung lainnya.
“Obesitas adalah penyakit kronis yang dapat diobati dengan pendekatan komprehensif dan seumur hidup. Terapi GLP-1 bisa membantu jutaan orang, meski obat saja tidak akan menyelesaikan seluruh krisis ini,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (5/12).
Di tengah meningkatnya minat terhadap obat penurun berat badan, WHO justru mengingatkan bahwa akses global masih sangat terbatas. Organisasi itu memproyeksikan pada 2030 hanya kurang dari 10% pasien yang membutuhkan terapi GLP-1 akan benar-benar mendapatkannya. WHO pun menyerukan kebijakan percepatan seperti pengadaan obat terpadu, skema harga berjenjang, hingga lisensi sukarela agar terapi ini tidak hanya dinikmati segelintir orang, tetapi menjadi bagian dari sistem kesehatan yang inklusif dan berkeadilan.